Investasi

down-icon
item
Investasi di pasar terbesar dunia dengan Saham AS

Fitur

down-icon
support-icon
Fitur Pro untuk Trader Pro (Segera Hadir)
Temukan fitur untuk menjadi trader terampil

Advanced Order

support-icon
Dirancang untuk Investor (Segera Hadir)
Berbagai fitur untuk investasi dengan mudah

Biaya

Akademi

down-icon

Lainnya

down-icon
item
Temukan peluang eksklusif untuk meningkatkan investasi kamu
support-icon
Bantuan

Hubungi Kami

arrow-icon

Pluang+

chatRoomImage

Scan kode QR untuk download Pluang di Android dan iOS.

Informasi Terkini UntukmuBlogBerita & AnalisisPelajariKamus
bookmark

Cari berita, blog, atau artikel

Berita & Analisis

Rangkuman Pasar: IHSG Ambruk Terkena ‘Badai’ Inflasi AS

Rangkuman Pasar: IHSG Ambruk Terkena ‘Badai’ Inflasi AS

13 Sep 2021, 10:17 AM·Waktu baca: 3 menit
Kategori
Rangkuman Pasar: IHSG Ambruk Terkena ‘Badai’ Inflasi AS

Nilai Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di level 6.088,15 poin, terkoreksi 0,11% dibanding posisi awal perdagangan hari ini.

Tren pelemahan kinerja bursa saham tidak hanya melanda IHSG. Akhir pekan lalu, tiga bursa saham di Amerika Serikat juga tertekan cukup dalam. Nilai indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 0,78%, nilai S&P 500 turun 0,77%, sementara Nasdaq mencatat koreksi tertinggi yakni 0,87% dalam sehari.

Penyebab longsornya IHSG hari ini adalah reaksi pelaku pasar atas sinyal-sinyal inflasi tinggi yang kuat di Amerika Serikat. Ya, pada akhir pekan lalu, Departemen Ketenagakerjaan AS mencatat bahwa indeks harga produsen AS di Agustus tumbuh 8,3% secara tahunan, lebih tinggi dibanding konsensus analis 8,2%.

Investor nampak deg-degan mencerna data tersebut. Betapa tidak, sebab indeks harga produsen merupakan satu faktor bagi bank sentral Amerika Serikat, The Fed, untuk melancarkan aksi tapering lebih cepat.

Dalam kebijakan tapering, The Fed akan mengurangi pembelian instrumen surat berharga. Akibatnya, persediaan Dolar AS akan mengetat, dan tentu saja akan menaikkan nilai Dolar AS. Di saat-saat tersebut, pelaku pasar tentu akan menarik dananya dari pasar modal dan cenderung memilih menggenggam Dolar AS.

Di samping itu, kebijakan tapering biasanya akan diikuti oleh kenaikan suku bunga acuan. Hal itu akan mengerek suku bunga produk perbankan, sehingga investor akan memilih menyimpan uangnya. Alhasil, arus dana keluar (capital outflow) dari pasar modal Indonesia akan tak terbendung. Tak heran, jika pelaku pasar begitu mencemaskan pengetatan kebijakan moneter tersebut.

Baca juga: Harganya Turun, Sepenting Apa Sih Investasi Ethereum di Portofolio Kamu?

Ringkasan Kinerja Saham dalam IHSG

Sampai akhir perdagangan, investor asing tercatat melakukan jual bersih (net sell) sebesar Rp141 miliar.

Adapun saham-saham yang banyak dilego asing adalah saham perbankan yang memang masuk kategori big caps, seperti saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) sebanyak Rp88 miliar dan saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) sebesar Rp52 miliar.

Tekanan jual yang dialami oleh BBRI sudah terjadi sejak satu bulan ke belakang, yang akhirnya membuat harga saham bank pelat merah tersebut terkoreksi 2,50% ke level Rp3.700 per saham.

Penurunan harga saham BRI berbarengan dengan tanggal pelaksanaan Penawaran Umum Terbatas Saham BRI dengan skema Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau right issue. Adapun, aksi korporasi ini dilakukan dalam rangka pembentukan holding BUMN ultra mikro, di mana BRI akan menjadi induk usaha dari PT Pegadaian (Persero) dan PT Permodalan Nasional Madani (Persero). Kuat dugaan, turunnya harga saham BBRI dipicu oleh tekanan jual para investor yang berpartisipasi dalam right issue.

Jika tidak ada aral melintang, aksi korporasi yang dilakukan oleh bank BUMN ini akan menjadi yang terbesar dalam sejarah pasar modal Indonesia. Dengan target dana mencapai Rp95,9 triliun maka aset perusahaan bisa melesat ke angka Rp1.515 triliun atau naik 7,37% dibanding posisi per kuartal II 2021.

Tak hanya BRI, beberapa bank-bank mini juga gencar melakukan HMETD, seperti PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI) dan juga PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB).

Bahkan, BBHI sudah mendapatkan izin bank digital dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada hari ini. Allo Bank Indonesia yang dimiliki oleh bos Trans TV cs, Chairul Tanjung diketahui bakal menerima dana segar hingga Rp7,5 triliun. Hal itu memberi angin segar bagi Allo Bank Indonesia yang sejak beberapa hari ini dalam perdagangan terus mentok ke level Auto Reject Atas (ARA).

Sementara harga saham Bank Neo Commerce berhasil naik 5,39% ke level Rp1.565 per saham pada perdagangan hari ini seiring dengan rencana right issue perusahaan guna meningkatkan modal inti minimal Rp3 triliun.

Digitalisasi, utamanya di kancah perbankan, masih menjadi sentimen yang menarik bagi pasar modal tanah air.

Baca juga: Rangkuman Pasar: IHSG dan Emas Ngegas di Akhir Pekan!

Nikmati Keuntungan dengan Investasi Aman di Pluang!

Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emasS&P 500 index futures, serta aset kripto dan reksa dana! Harga kompetitif di pasaran, selisih harga jual-beli terendah, dan tanpa biaya tersembunyi!

Untuk investasi emas, kamu bisa melakukan tarik fisik dalam bentuk emas Antam mulai dari 1 gram hingga 100 gram. Sementara dengan Pluang S&P 500, kamu bisa berinvestasi di kontrak berjangka saham perusahaan besar di AS! Mulai dari Apple, Facebook, Google, Netflix, Nike, dan lainnya! Segera download aplikasi Pluang!

Ditulis oleh
channel logo

Adi Putro

Right baner

Bagikan artikel ini

Apakah artikel ini berguna untukmu?

like
like
Right baner
no_content

Trading dan Investasi dengan Super App Investasi  #1

Daftar