Investasi

down-icon
item
Investasi di pasar terbesar dunia dengan Saham AS

Fitur

down-icon
support-icon
Fitur Pro untuk Trader Pro (Segera Hadir)
Temukan fitur untuk menjadi trader terampil

Advanced Order

support-icon
Dirancang untuk Investor (Segera Hadir)
Berbagai fitur untuk investasi dengan mudah

Biaya

Akademi

down-icon

Lainnya

down-icon
item
Temukan peluang eksklusif untuk meningkatkan investasi kamu
support-icon
Bantuan

Hubungi Kami

arrow-icon

Pluang+

chatRoomImage

Scan kode QR untuk download Pluang di Android dan iOS.

Informasi Terkini UntukmuBlogBerita & AnalisisPelajariKamus
bookmark

Cari berita, blog, atau artikel

Berita & Analisis

Rangkuman Kabar: Devisa Indonesia Naik, Pasar Deg-Degan Tunggu NFP

Rangkuman Kabar: Devisa Indonesia Naik, Pasar Deg-Degan Tunggu NFP

6 Aug 2021, 9:59 AM·Waktu baca: 3 menit
Kategori
Rangkuman Kabar: Devisa Indonesia Naik, Pasar Deg-Degan Tunggu NFP

Di akhir pekan, investor asing mulai cemas menati data ketenagakerjaan AS (Non Farm Payroll). Sementara itu, di dalam negeri, posisi cadangan devisa meningkat tipis di Juli.

Penjelasan singkatnya bisa Sobat Cuan baca dalam rangkuman kabar di bawah ini.

Rangkuman Kabar Dalam Negeri

1. Cadangan Devisa Meningkat Tipis

Posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Juli 2021 tercatat sebesar US$137,3 miliar, meningkat tipis 0,15% dibanding akhir Juni. Peningkatan cadangan devisa berasal dari himpunan dolar AS atas penerbitan obligasi valas pemerintah serta penerimaan pajak dan jasa.

Cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 8,9 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Artinya, cadangan devisa Indonesia berada jauh di atas standar kecukupan internasional yakni 3 bulan impor.

Cadangan devisa yang memadai akan menjamin stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan nasional. Sebab, Bank Indonesia memiliki persediaan dolar AS yang mumpuni untuk mengintervensi pasar valas, sehingga nilai tukar rupiah bisa kian stabil.

2. Indonesia Mulai Tinggalkan Dolar AS

Bank Indonesia telah membuat kesepakatan penggunaan mata uang lokal (Local Currency Settlement/LCS) dengan sejumlah negara. Teranyar, otoritas moneter Indonesia sudah menyepakati LCS dengan otoritas moneter China yang akan langsung diimplementasikan bulan ini.

Dengan sistem LCS, maka perdagangan antara Indonesia dan China tak perlu lagi dilakukan menggunakan denominasi dolar AS. Berkat kesepakatan ini, BI mengklaim Indonesia bisa mengurangi ketergantungan dolar AS sebesar US$117,3 juta, atau sekitar Rp1,68 triliun (kurs Rp 14.400/ US$).

Jika Indonesia mengurangi permintaan dolar AS, maka nilai tukar rupiah terhadap dolar AS bisa semakin menguat. BI pun tak perlu menguras cadangan devisa hanya untuk mengintervensi pasar valas demi menstabilkan nilai rupiah.

3. LPS Siap Pangkas Bunga Penjaminan

Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) akan menurunkan suku bunga penjaminan yang saat ini masih 4%.

Jika suku bunga penjaminan diturunkan, maka bank bisa ikut menurunkan bunga simpanannya agar nasabah tidak lagi menumpuk dana di bank. Hal ini dipicu oleh pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) di bank pada Juli sudah tumbuh 11%, atau jauh lebih tinggi dari pertumbuhan kredit di kisaran 6%.

Dengan demikian, masyarakat bisa mengalihkan penggunaan uangnya dari menabung menuju kegiatan konsumsi. Pertumbuhan konsumsi sendiri merupakan satu dari empat komponen untama yang membentuk pertumbuhan ekonomi.

Rangkuman Kabar Manca Negara

1. Pelaku Pasar Mengantisipasi Pengumuman Non-Farm Payroll

Hari ini, investor menanti perilisan data ketenagakerjaan Amerika Serikat alias Non Farm Payrolls (NFP). Adapun, data ini akan diumumkan pada Sabtu dini hari nanti.

Para ekonom memperkirakan kenaikan jumlah tenaga kerja baru di atas 900.000 orang pada Juli. Angka itu lebih tinggi dibanding capaian Juni yakni 850.000 orang.

Jika capaian tersebut jitu, maka ada indikasi bahwa pemulihan ekonomi AS tengah berada di jalur yang tepat. Namun, pertumbuhan ekonomi ditakutkan akan menimbulkan permintaan tinggi dan kemudian menimbulkan inflasi.

Hal itu bisa memotivasi bank sentral AS The Fed untuk ikut mengerek suku bunga acuan. Sebab, ketika suku bunga naik, maka masyarakat akan memilih menabung dan mengerem konsumsi. Sehingga, inflasi pun bisa ditahan.

2. Gedung Putih Dikabarkan Mendukung Rencana Pajak Kripto

Pemerintah Amerika Serikat dikabarkan mendukung satu pasal di Rancangan Undang-Undang pendanaan infrastruktur, di mana transaksi cryptocurrency akan dikenakan sebagai objek pajak. Usulan itu disampaikan oleh dua senator AS, Mark Warner dan Rob Portman, ketika merancang rencana beleid tersebut.

Pajak transaksi cryptocurrency diharapkan bisa menjadi sumber pendanaan bagi pemerintah AS untuk belanja pemerintah. Jika disetujui, maka pajak kripto diperkirakan akan menambah pemasukan negara senilai US$28 miliar. Dana tersebut bisa digunakan untuk membiayai APBN AS, yang saat ini dipenuhi oleh beragam rencana kebijakan stimulus ekonomi.

Sayangnya, regulasi tersebut bisa membuat pelaku pasar menjauhi pasar cryptocurrency dan mengurangi permintaannya.

Nikmati Keuntungan dengan Investasi Aman di Pluang!

Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emasS&P 500 index futures, serta aset kripto dan reksa dana! Harga kompetitif di pasaran, selisih harga jual-beli terendah, dan tanpa biaya tersembunyi!

Untuk investasi emas, kamu bisa melakukan tarik fisik dalam bentuk emas Antam mulai dari 1 gram hingga 100 gram. Sementara dengan Pluang S&P 500, kamu bisa berinvestasi di kontrak berjangka saham perusahaan besar di AS! Mulai dari Apple, Facebook, Google, Netflix, Nike, dan lainnya! Segera download aplikasi Pluang!

Sumber: Bank Indonesia, Detik Finance, CNBC Indonesia, Coin Telegraph, Bloomberg

Ditulis oleh
channel logo

Fathia Nurul Haq

Right baner

Bagikan artikel ini

Apakah artikel ini berguna untukmu?

like
like
Right baner
no_content

Trading dan Investasi dengan Super App Investasi  #1

Daftar