Investasi

down-icon
item
Investasi di pasar terbesar dunia dengan Saham AS

Fitur

down-icon
support-icon
Fitur Pro untuk Trader Pro (Segera Hadir)
Temukan fitur untuk menjadi trader terampil

Advanced Order

support-icon
Dirancang untuk Investor (Segera Hadir)
Berbagai fitur untuk investasi dengan mudah

Biaya

Akademi

down-icon

Lainnya

down-icon
item
Temukan peluang eksklusif untuk meningkatkan investasi kamu
support-icon
Bantuan

Hubungi Kami

arrow-icon

Pluang+

chatRoomImage

Scan kode QR untuk download Pluang di Android dan iOS.

Informasi Terkini UntukmuBlogBerita & AnalisisPelajariKamus
bookmark

Cari berita, blog, atau artikel

Berita & Analisis

Pasar Sepekan: Ibarat Drama, IHSG Hingga Kripto Alami 'Plot Twist'

Pasar Sepekan: Ibarat Drama, IHSG Hingga Kripto Alami 'Plot Twist'

18 Dec 2021, 3:38 AM·Waktu baca: 6 menit
Kategori
Pasar Sepekan: Ibarat Drama, IHSG Hingga Kripto Alami 'Plot Twist'

Sobat Cuan, siapa sih orang yang tidak ingin hidupnya dipenuhi dengan drama? Namun, sejago apa pun kita menjauhinya, yang namanya masalah pasti akan terus menghampiri. Nah, hal ini sama seperti yang dialami para investor sepekan ini, di mana mereka harus menghadapi drama pasar bertubi-tubi dan bikin nilai portofolionya "gitu-gitu aja".Penasaran seperti apa drama-drama tersebut? Yuk, simak Pasar Sepekan berikut!

Pasar Kripto Sepekan

Investor kripto nampaknya harus gigit jari dalam sepekan ini. Betapa tidak, melansir Coinmarketcap pukul 08.20 WIB, hanya tiga dari 10 aset kripto berkapitalisasi pasar jumbo sejagat yang sukses nangkring di zona hijau dalam sepekan terakhir. Berikut ringkasannya.

Pasar Sepekan

Minggu ini memang menjadi pekan yang bikin jantung investor kripto berdegup kencang. Awalnya, mereka semringah setelah harga aset kripto kompak menjulang pasca The Fed mengumumkan kenaikan suku bunga acuan tiga kali pada tahun depan. Ya, performa aset kripto kian mumpuni lantaran pelaku pasar mulai kembali pede membenamkan dana di pasar aset berisiko setelah muncul kejelasan soal jadwal pengetatan kebijakan moneter The Fed.

Tapi, sentimen tersebut nampaknya memberikan harapan palsu, alias PHP. Sebab, langit di atas pasar aset kripto mendadak mendung setelahnya.

Hal ini terjadi karena investor melancarkan aksi ambil untung dan panic selling secara bersamaan. Aksi itu dipicu oleh kekhawatiran pelaku pasar ihwal laporan yang menyebut bahwa Rusia berencana untuk melarang kegiatan berbau aset kripto. Tak hanya itu, maraknya penyebaran virus COVID-19 varian Omicron pun bikin mereka memutuskan social distancing dengan pasar kelas aset berisiko untuk sementara.

Melihat sentimen buruk tersebut, apakah kamu juga ikut mengsedih, Sobat Cuan?

Sentimen Campur Aduk, Bitcoin Langsung 'Bete'

Nah, campuran sentimen yang bermacam-macam itu akhirnya bikin harga Bitcoin (BTC) bergerak sideways antara US$45.700 hingga US$50.800 per keping dari Senin hingga Jumat.

Meski harga BTC sempat jatuh beberapa hari setelah pengumuman The Fed, analis melihat bahwa sekarang adalah saat yang tepat untuk mengakumulasi BTC dan memasang posisi HODL.

Dari sisi teknikal, Sobat Cuan bisa melihat bahwa BTC tengah berada di area konsolidasi US$46.000 hingga US$47.000. Yakni, area di mana BTC sedang menyusun stage 1 base atau solid base support.

[caption id="attachment_33107" align="aligncenter" width="959"]Pergerakan Harga Bitcoin Bitcoin tengah menyusun support. Sumber: Cointelegraph[/caption]

Selain itu, salah satu indikator yang perlu diperhatikan oleh Sobat Cuan adalah korelasi pergerakan Bitcoin dengan imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun.

Dalam 12 bulan terakhir, pergerakan suku bunga AS seirama dengan pergerakan BTC. Korelasi yang erat ini menunjukan bahwa kebijakan moneter The Fed memang menentukan pergerakan aset berisiko, termasuk aset kripto.

Namun, selain itu, terdapat pula faktor lain yang ikut menyeret harga BTC, misalnya kabar soal COVID-19 varian Omicron pada 26 November lalu. Korelasi tersebut bisa kamu temukan di dalam grafik berikut.

[caption id="attachment_33108" align="aligncenter" width="978"]Pasar Sepekan Korelasi BTC dan kebijakan moneter The Fed. Garis oranye menunjukkan pergerakan BTC dan garis biru mewakili yield obligasi AS 10 tahun. Sumber: Cointelegraph[/caption]

Pasar Kripto Kebakaran, DOGE dan AVAX Justru Cuek

Kemudian, jika Sobat Cuan membaca tabel paling atas, kamu menemukan dua koin yang masih membukukan pertumbuhan sepanjang pekan ini. Ya, kedua koin tersebut adalah Dogecoin (DOGE) dan Avalanche (AVAX).

Niai DOGE moncer setelah punggawa Tesla Elon Musk menyebut bahwa produsen mobil listrik tersebut berniat menerima sang koin meme tersebut sebagai alat pembayaran bagi produk-produk merchandise-nya. Tak berhenti di situ, Musk juga bahkan menyebut bahwa DOGE punya keunggulan lebih dibanding aset kripto lainnya dalam urusan transaksi.

Sementara itu, nilai AVAX ngebut setelah stablecoin USDC kini sudah bisa digunakan di blockchain tersebut. Hal itu digadang akan memperkuat posisi blockchain Avalanche sebagai penopang platform keuangan terdesentralisasi.

Pasar AS Sepekan

Kondisi pasar kripto yang memble pun ikut menular ke pasar modal AS. Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) lunglai 1,65%, sementara indeks S&P 500 amblas 1,9% dan indeks Nasdaq Composite terjun bebas 2,89% sepanjang pekan ini.

Sejatinya, hal ini dapat dimaklumi, Sobat Cuan. Volatilitas di pasar modal AS memang tinggi mengingat kontrak opsi dan berjangka triwulanan kedaluwarsa pada Jumat lalu.

Di samping itu, kinerja pasar modal AS yang memble juga disebabkan oleh sikap pelaku pasar yang mencerna pengetatan kebijakan moneter The Fed.

Setelah The Fed memutuskan untuk mengerek suku bunga acuan tiga kali tahun depan, para trader di AS memanfaatkan momentum tersebut untuk berspekulasi bahwa keputusan The Fed akan efektif melawan inflasi AS tanpa memperlambat pertumbuhan ekonomi. Alhasil, pelaku pasar merangsek masuk pasar modal AS, dan bahkan bikin indeks S&P 500 mendekati all-time high.

Tapi, pelaku pasar kemudian menyadari bahwa The Fed memiliki tugas berat untuk menurunkan inflasi tahunan dari 6,8% di November menjadi 2%. Implikasinya, mereka menyadari bahwa pertumbuhan ekonomi AS ke depan bisa oleng. Padahal, Ketua The Fed Jerome Powell mengatakan bahwa ekonomi AS telah bertumbuh dengan cepat menuju kondisi lapangan kerja maksimum (maximum employment).

Makanya, tak heran jika mereka kemudian ramai-ramai melego saham raksasa teknologi berkategori growth stocks, yang memang punya bobot paling besar di trio indeks saham utama AS.

Sekadar informasi, saham growth stocks memang selalu berkinerja moncer kala pertumbuhan ekonomi sedang subur. Sayangnya, pengetatan kebijakan moneter akan menghambat pertumbuhan konsumsi dan kredit usaha, yang ujungnya akan menghalangi pertumbuhan ekonomi.

Dengan demikian, maka wajar saja jika pelaku pasar auto menghindari growth stocks karena mereka merasa cuan perusahaan-perusahaan tersebut tidak akan secemerlang tahun ini. Sehingga, mereka pun berotasi menuju saham-saham berfundamental mumpuni namun kerap diremehkan, atau value stocks.

Pola ini tak hanya terjadi di AS. Ketakutan investor atas pengetatan kebijakan moneter di Eropa dan belahan dunia lainnya juga bikin mereka beralih ke saham value stocks. Hal ini dapat dilihat dari MSCI World Growth Index antara 1 hingga 17 Desember 2021, di mana pertumbuhan growth stocks melambat dibanding value stocks.

[caption id="attachment_33109" align="aligncenter" width="520"] Rotasi growth stocks ke value stocks. Sumber: Bloomberg[/caption]

Pasar Emas Sepekan

Harga emas condong bergerak sideways dengan rentang Rp840.000 hingga Rp859.000 per gram sepanjang pekan ini.

Nilai sang logam mulia lumayan melonjak signifikan pekan ini setelah musuh bebuyutannya, Dolar AS, melemah. Asal tahu saja, pelemahan Dolar AS akan membuat harga emas menjadi relatif lebih murah bagi mereka yang jarang bertransaksi menggunakan mata uang tersebut. Sehingga, permintaannya pun terus melonjak.

Selain itu, tokcernya kinerja harga emas juga didorong oleh aksi pelaku pasar yang borong emas sebagai aset safe haven lantaran khawatir terhadap dampak varian COVID-19 Omicron.

Hanya saja, penguatan harga emas tertahan oleh sikap hawkish The Fed plus aksi bank sentral Inggris yang mengerek suku bunga acuannya untuk pertama kalinya dalam tiga tahun terakhir.

Baca juga: Pasar Sepekan: Indeks AS & IHSG Unjuk Gigi, Investor Kripto Gigit Jari

Pasar Domestik Sepekan

Tak hanya kripto dan pasar AS saja, pasar saham domestik pun ikut lesu sepanjang pekan ini. Nilai Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di level 6.602 poin, lunglai 0,77% dibanding sepekan sebelumnya.

Kinerja yang memble ini terbilang merata di seluruh sektor. Ya, pelaku pasar sepertinya agak waswas untuk membenamkan dana ke pasar modal domestik karena diliputi ketidakpastian, khususnya terkait penyebaran virus Omicron di dalam negeri. Hal ini terjadi pasca Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengonfirmasi satu kasus positif varian COVID-19 Omicron di Indonesia pada Kamis (16/12).

[caption id="attachment_33110" align="aligncenter" width="1758"]Pasar Sepekan Pergerakan IHSG. Sumber: Tradingview[/caption]

Namun, IHSG gagal terjungkal lebih dalam berkat kinerja mantap saham bank raksasa, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang tumbuh 1.7% sepanjang pekan ini. Selain itu, saham-saham small cap pun ikutan manggung bareng BBCA di waktu yang sama. Hal ini bisa dimaklumi mengingat pelaku pasar lagi ketar-ketir memantau perkembangan penyebaran virus Omicron dan juga capital outflow setelah The Fed mengumumkan kenaikan suku bunga acuan tiga kali di 2022.

Lebih lanjut, pelemahan IHSG juga tertahan oleh embusan angin segar kabar makroekonomi dalam negeri. Bank Indonesia (BI), misalnya, memutuskan menahan suku bunga acuan di 3,5%. Tak hanya itu, Badan Pusat Statistik (BPS) ikut mengatakan bahwa Indonesia mencetak surplus neraca perdagangan US$34,32 miliar pada November, melambung dibanding tahun lalu US$19,52 miliar.

Selain itu, Kementerian Keuangan juga mengumumkan kenaikan tarif cukai rokok rata-rata 12% di tahun depan di seluruh layer. Kebijakan ini tentu berdampak positif bagi produsen rokok tier 1 seperti PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) dan PT Gudang Garam Tbk (GGRM). Sebab, kini pemain kecil industri tembakau pun juga dibebani kenaikan cukai tak seperti sebelum-sebelumnya, sehingga kompetisi usaha diharapkan semakin membaik.

Dari sektor otomotif, Indonesia mencatat pertumbuhan penjualan mobil 16% secara bulanan di November, atau 62% jika dibandingkan November tahun sebelumnya. Bahkan, level penjualan ini sudah mencapai kurang lebih 90% dibanding level pra-pandemi COVID-19.

Penjualan mobil yang kuat disebabkan oleh antusiasme masyarakat tinggi terhadap mobil-mobil model anyar yang diluncurkan pada perhelatan pameran mobil paling mentereng se-Indonesia, Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2021. Selain itu, pertumbuhan penjualan mobil juga disebabkan oleh sikap pemerintah yang memberikan insentif Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) 0%.

Kendati demikian, penggemar sektor otomotif harus memantau apakah insentif tersebut akan dilanjutkan ke tahun depan atau tidak.

Nikmati Keuntungan dengan Investasi Aman di Pluang!

Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emasS&P 500 dan Nasdaq index futures, serta aset kripto dan reksa dana! Harga kompetitif di pasaran, selisih harga jual-beli terendah, dan tanpa biaya tersembunyi!

Untuk investasi emas, kamu bisa melakukan tarik fisik dalam bentuk emas Antam mulai dari 1 gram hingga 100 gram. Sementara dengan Pluang S&P 500, kamu bisa berinvestasi di kontrak berjangka saham perusahaan besar di AS! Mulai dari Apple, Facebook, Google, Netflix, Nike, dan lainnya! Segera download aplikasi Pluang!

Ditulis oleh
channel logo

Marco Antonius

Right baner

Bagikan artikel ini

Apakah artikel ini berguna untukmu?

like
like
Right baner
no_content

Trading dan Investasi dengan Super App Investasi  #1

Daftar