Investasi

down-icon
item
Investasi di pasar terbesar dunia dengan Saham AS

Fitur

down-icon
support-icon
Fitur Pro untuk Trader Pro (Segera Hadir)
Temukan fitur untuk menjadi trader terampil

Advanced Order

support-icon
Dirancang untuk Investor (Segera Hadir)
Berbagai fitur untuk investasi dengan mudah

Biaya

Akademi

down-icon

Lainnya

down-icon
item
Temukan peluang eksklusif untuk meningkatkan investasi kamu
support-icon
Bantuan

Hubungi Kami

arrow-icon

Pluang+

chatRoomImage

Scan kode QR untuk download Pluang di Android dan iOS.

Informasi Terkini UntukmuBlogBerita & AnalisisPelajariKamus
bookmark

Cari berita, blog, atau artikel

Berita & Analisis

Pluang Pagi – Jumat 1 Oktober 2021

Pluang Pagi – Jumat 1 Oktober 2021

1 Oct 2021, 2:02 AM·Waktu baca: 3 menit
Kategori
Pluang Pagi – Jumat 1 Oktober 2021

Mengawali Jumat pertama di bulan Oktober, Sobat Cuan bisa menyimak rangkuman kinerja pasar dalam Pluang Pagi berikut!

Indeks Saham AS

Nilai ketiga indeks saham utama Amerika Serikat kompak terjerembab pada penutupan perdagangan Kamis (30/9) waktu setempat. Nilai indeks Nasdaq Composite turun 0,44% disusul S&P 500 yang juga amblas 1,19% di waktu yang sama. Sementara nilai indeks Dow Jones Industrial Average mengalami penurunan terparah yakni longsor 1,59%.

Sembilan dari 11 sektor di indeks S&P 500 finish di zona merah di akhir sesi perdagangan. Nilai saham-saham berkapitalisasi besar seperti Apple, Microsoft, Amazon.com, Facebook, dan Alphabet, lima saham yang membentuk 25% nilai S&P 500, kompak lunglai pada perdagangan kemarin. Alhasil, peristiwa tersebut bikin indeks S&P 500 mengalami bulan terburuk sejak pandemi COVID-19 dimulai tahun lalu.

Ketiga indeks saham utama AS berkinerja memble gara-gara kekhawatiran investor atas kenaikan inflasi, penyebaran COVID-19, dan perdebatan sengit antara pemerintah AS dan Senat AS ihwal kenaikan pagu utang pemerintah.

Di sisi lain, angka klaim bantuan tunakarya di AS menanjak secara mengejutkan untuk pekan ke-tiga berturut-turut. Pelaku pasar kini menanti data pengeluaran konsumen, inflasi, dan aktivitas manufaktur AS yang dijadwalkan rilis pada Jumat. Data tersebut dipercaya bisa memberi sinyal terkait kesehatan ekonomi AS dan petunjuk mengenai jadwal tapering The Fed dan kenaikan suku bunga acuannya.

Aset Kripto

Nilai dua raksasa aset kripto, Bitcoin (BTC) dan Ethereum (ETH), kompak menguat lebih dari 4% dalam 24 jam terakhir pada Jumat pukul 07.45 WIB. Nasib mujur keduanya juga menular ke nilai altcoin lain seperti Binance Coin (BNB), Solana (SOL), Polkadot (DOT), Litecoin (LTC), dan FIL yang ikut lompat 4% di periode yang sama.

Langit cerah nampaknya tengah membentang di atas jagat aset kripto sehari belakangan. Sebab, di tengah moncernya harga aset kripto, hanya ALGO yang didapuk sebagai aset kripto berkinerja terburuk. Padahal, penurunan harga ALGO hanya sebesar 0,15%.

Harga aset kripto mendapat embusan angin segar dari ucapan Ketua The Fed Jerome Powell yang mengatakan bahwa pemerintah federal AS perlu meregulasi pasar kripto. Namun, ia tidak menyinggung ihwal pelarangan aktivitas aset kripto di negara Paman Sam tersebut.

Embusan angin segar tersebut bikin aset kripto bertenaga lagi. Sebelumnya, di awal pekan ini, harga-harga aset kripto sempat terengah-engah akibat sikap keras pemerintah China yang melarang aktivitas berbau aset kripto.

Tapi, di tengah sikap tegas tersebut, semangat pelaku pasar asal China seolah-olah tak kendor dalam membeli aset kripto. Menurut laporan Bloomberg, mereka malah sedang getol-getolnya menyerok kripto mumpung harganya sedang murah.

Emas

Harga emas berjangka AS untuk Desember ditutup pada level US$1.757 per ons, atau naik 2% dibanding sehari sebelumnya. Sayang, kenaikan tersebut tak mampu mendongkrak kinerja harga emas selama September yang melorot 3,4%.

Harga emas meningkat setelah investor butuh untuk menutup margin calls lantaran potensi krisis real estat China, yang berkaitan dengan kasus gagal bayar utang raksasa properti China Evergrande.

Dolar AS

Nilai indeks Dolar AS sempat menyentuh rekor tertinggi dalam setahun terakhir yakni 94,5. Namun, nilai indeks tersebut langsung mundur perlahan ke 94,19.

Meski sempat cetak nilai tertinggi dalam setahun terakhir, Dolar AS kahirnya lunglai setelah perilisan data klaim bantuan tunakarya AS. Tapi, secara umum, kenaikan indeks Dolar AS selama ini ditopang oleh kenaikan imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun. Tokcernya yield tersebut disokong oleh ekspektasi pelaku pasar yang yakin bahwa The Fed akan melakukan tapering pada November mendatang.

Ditulis oleh
channel logo

Satya Nagara

Right baner

Bagikan artikel ini

Apakah artikel ini berguna untukmu?

like
like
Right baner
no_content

Trading dan Investasi dengan Super App Investasi  #1

Daftar