Investasi

down-icon
item
Investasi di pasar terbesar dunia dengan Saham AS

Fitur

down-icon
support-icon
Fitur Pro untuk Trader Pro (Segera Hadir)
Temukan fitur untuk menjadi trader terampil

Advanced Order

support-icon
Dirancang untuk Investor (Segera Hadir)
Berbagai fitur untuk investasi dengan mudah

Biaya

Akademi

down-icon

Lainnya

down-icon
item
Temukan peluang eksklusif untuk meningkatkan investasi kamu
support-icon
Bantuan

Hubungi Kami

arrow-icon

Pluang+

chatRoomImage

Scan kode QR untuk download Pluang di Android dan iOS.

Informasi Terkini UntukmuBlogBerita & AnalisisPelajariKamus
bookmark

Cari berita, blog, atau artikel

Kamus

Stock Market Crash

Stock Market Crash

2631  dilihat·Waktu baca: 5 menit
Stock Market Crash

Jatuhnya pasar saham atau stock market crash adalah penurunan harga saham yang cepat dan kerap tidak terduga. Kejatuhan ini bisa jadi disebabkan oleh peristiwa bencana besar, krisis ekonomi, atau runtuhnya gelembung spekulatif jangka panjang.

Kepanikan publik yang berakibat pada reaksi pelaku pasar yang berlebihan juga berakibat ke jatuhnya pasar saham. Bahkan, seringkali malah menjadi pemicu utama anjloknya nilai saham.

Beberapa contoh kejatuhan pasar saham yang cukup menyita perhatian masyarakat global kali pertama terjadi selama Depresi Hebat 1929. Keruntuhan yang sama juga terjadi pada peristiwa Senin Hitam 1987, gelembung dotcom 2001, krisis keuangan 2008, dan kamu pastinya merasakannya juga, hal ini terjadi selama pandemi COVID-19.

Stock Market Crash adalah Pemicu Krisis Hebat dari Masa ke Masa

Kendati tidak ada batasan khusus untuk kehancuran pasar saham, umumnya stock market crash adalah peristiwa yang terjadi saat persentase penurunan mencapai hingga dua digit secara tiba-tiba dalam beberapa hari.

Peristiwa kejatuhan pasar saham ini pun mau tidak mau akan berdampak signifikan pada perekonomian. Terjadinya penjualan saham setelah harga turun tiba-tiba dan pembelian saham terlalu banyak dengan margin sebelumnya adalah dua hal yang paling umum menyebabkan stock market crash.

Kehancuran pasar saham di AS yang dikenang sepanjang masa terjadi pada 1929. Peristiwa itu diakibatkan oleh penurunan ekonomi dan pemegang saham yang panik lantas menjual sahamnya besar-besaran. Ketika itu, peristiwa stock market crash tersebut dikenal sebagai Depresi Hebat. Hal serupa terjadi pada peristiwa Senin Hitam (1987), yang adalah juga disebabkan oleh kepanikan investor.

Anjloknya Pasar Saham juga Pengaruhi Harga Properti

Kecelakaan serupa ketika para pemegang saham panik, banyak menjual saham mereka, dan membuat pasar saham anjlok terjadi pula pada 2008. Bukan hanya mempengaruhi harga saham, peristiwa itu juga mendorong anjloknya pasar perumahan dan real estat. Kalau di 1929, stock market crash adalah pemicu Depresi Hebat, maka di 2008, ia memicu terjadinya Resesi Hebat.

Perdagangan dengan frekuensi tinggi juga menjadi biang kerok terjadinya flash crash pada Mei 2010. Imbasnya tidak main-main, triliunan dolar harga saham pun terhapus dalam sekejap mata saja.

Baca juga: Apa Itu FAANG Stocks?

Mencegah Nasib Sial dari Kejatuhan Pasar Saham

Pada Maret 2020, kita hampir-hampir menghadapi peristiwa yang sama dengan tahun-tahun buruk pasar saham tersebut. Lantaran pandemi, pasar saham di seluruh dunia merosot ke dalam wilayah bear market karena munculnya pandemi virus COVID-19.

Tentunya, sejak kehancuran pasar saham pada 1929 dan 1987, berbagai protokol keamanan investasi pun telah diberlakukan dalam sistem pasar modal demi mencegah kepanikan para pemegang saham yang menjual besar-besaran aset mereka.

Pengamanan yang dinamakan “circuit breakers” alias pemutus sirkuit ini mencegah aktivitas perdagangan apa pun untuk jangka waktu tertentu setelah penurunan tajam harga saham. Harapannya, penerapan protokol pengamanan ini dapat menstabilkan pasar. Terutama, mencegah jatuhnya harga saham lebih jauh lagi.

Baca juga: Penurunan Suku Bunga dan Dampaknya ke Harga Emas

Protokol Pemutus Sirkuit untuk Mencegah Kejatuhan Pasar Saham

Bursa Efek New York (New York Stock Exchange, NYSE) telah menetapkan ambang batas untuk mencegah terjadinya crash. Mereka menyediakan penghentian perdagangan di semua pasar ekuitas dan opsi selama terjadinya penurunan pasar yang parah. Pengukuran ditentukan berdasarkan penurunan satu hari yang terjadi dalam Indeks S&P 500.

Menurut NYSE, stock market crash adalah hal yang dapat dihindari melalui penerapan protokol yang dilakukan berdasarkan situasi berikut:

  • Penghentian perdagangan di seluruh pasar saham dapat diterapkan jika indeks S&P 500 turun drastis dibandingkan dengan harga penutupan di hari sebelumnya dari indeks tersebut.
  • Pemicu untuk menilai terjadinya penurunan ini dapat dilihat melalui tiga ambang “pemutus sirkuit”. Yakni: 7% (level 1), 13% (level 2), dan 20% (level 3).
  • Penurunan pasar yang memicu pemutus sirkuit Level 1 atau Level 2 ditetapkan apabila terjadi setelah pukul 09:30 ET dan sebelum 15:25 ET akan menghentikan perdagangan seluruh pasar selama 15 menit. Sementara, apabila pasar serupa turun pada atau setelah pukul 15:25 ET tidak akan menghentikan perdagangan di seluruh pasar.
  • Penurunan pasar yang memicu pemutus sirkuit Level 3 dapat diterapkan kapan saja selama hari perdagangan. Jika stock market crash adalah kemungkinan yang terjadi pada hari tersebut, maka pasar dapat dihentikan selama sisa hari perdagangan.

Bagaimanapun, keruntuhan pasar saham dapat berakibat pada nilai investasi ekuitas dan paling berat dirasakan bagi mereka yang mengandalkan hasil investasi untuk kebutuhan masa pensiun.

Meski kejatuhan harga ekuitas di masa sekarang ini hanya akan terjadi dalam satu hari atau satu tahun masa penjualan saham, kejatuhan ini kerap diikuti terjadinya resesi atau depresi ekonomi.

Baca juga: Jika Kita Investasi Emas 10-20 Tahun Lalu, Berapa Ya Cuannya Hari Ini?

Melindungi Nilai Saham yang Terjun Bebas

Selain dengan penerapan protokol pemutus sirkuit, pasar juga dapat distabilkan oleh entitas besar yang membeli saham dalam jumlah besar. Jadi, perusahaan atau institusi besar dapat memberikan contoh bagi para pemegang saham ritel atau individu agar tidak panik pada situasi berat tersebut.

Dalam salah satu contoh yang cukup terkenal, yakni Peristiwa Panik 1907, penurunan 50% saham di New York memicu kepanikan finansial yang mengancam kestabilan sistem keuangan global. J.P. Morgan, pemodal dan investor terkenal, meyakinkan para bankir New York untuk turun tangan dan menggunakan modal pribadi demi menopang pasar.

Akan tetapi, bagaimanapun, metode ini bukan hanya tidak terbukti, tapi juga cenderung dirasakan tidak efektif. Karena sejatinya, kunci utama untuk menghindari kejatuhan pasar saham adalah dengan menginformasikan pada pemegang saham untuk tidak panik pada situasi darurat.

Apakah kamu tipe investor yang panikan di situasi darurat? Bagaimana pengalamanmu berhadapan dengan situasi pasar saham pada awal pandemi COVID-19 ini?

Nikmati Keuntungan dengan Investasi Aman di Pluang!

Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emas, S&P 500 index futures, serta aset kripto Bitcoin dan Ethereum! Harga kompetitif di pasaran, selisih harga jual-beli terendah, dan tanpa biaya tersembunyi!

Untuk investasi emas, kamu bisa melakukan tarik fisik dalam bentuk emas Antam mulai dari 1 gram hingga 100 gram. Sementara dengan Pluang S&P 500, kamu bisa berinvestasi di kontrak berjangka saham perusahaan besar di AS! Mulai dari Apple, Facebook, Google, Netflix, Nike, dan lainnya! Segera download aplikasi Pluang!

Sumber: Investopedia

Ditulis oleh
channel logo

Dewi Kharisma

Right baner

Bagikan artikel ini

Apakah artikel ini berguna untukmu?

like
like
Artikel Terkait
Right baner
no_content

Trading dan Investasi dengan Super App Investasi  #1

Daftar