Investasi

down-icon
item
Investasi di pasar terbesar dunia dengan Saham AS

Fitur

down-icon
support-icon
Fitur Pro untuk Trader Pro (Segera Hadir)
Temukan fitur untuk menjadi trader terampil

Advanced Order

support-icon
Dirancang untuk Investor (Segera Hadir)
Berbagai fitur untuk investasi dengan mudah

Biaya

Akademi

down-icon

Lainnya

down-icon
item
Temukan peluang eksklusif untuk meningkatkan investasi kamu
support-icon
Bantuan

Hubungi Kami

arrow-icon

Pluang+

chatRoomImage

Scan kode QR untuk download Pluang di Android dan iOS.

Informasi Terkini UntukmuBlogBerita & AnalisisPelajariKamus
bookmark

Cari berita, blog, atau artikel

Kamus

White-Collar Crime

White-Collar Crime

15389  dilihat·Waktu baca: 6 menit
White-Collar Crime

Apa Itu White-Collar Crime? White-Collar Crime adalah tindak kecurangan seseorang yang memiliki posisi dan wewenang cukup tinggi pada sektor pemerintahan maupun sektor swasta. Sehingga dapat mempengaruhi suatu kebijakan dan keputusan.

Bicara mengenai white collar crime memang cukup luas ranah pembahasannya, dimana terkadang terjadi beberapa pendapat ahli yang berbeda terkait scope dari masing-masing kejahatan apakah bisa diklasifikasikan sebagai white collar crime atau bukan.

Menurut Edwin H. Sutherland, white collar crime merupakan kejahatan yang dilakukan oleh seseorang yang sangat terhormat dan berstatus social tinggi di dalam pekerjaannya. Tindakan kejahatan ini dapat terjadi di dalam perusahaan, kalangan professional, perdagangan maupun kehidupan politik.

Baca: Apa Itu Money Laundering?

Memahami White-Collar Crime

Dalam memahami white collar crime, diperlukan pengetahuan terkait tipologi pelaku kejahatan tersebut. Sebab, definisi terkait suatu tindak kejahatan dapat digolongkan ke dalam white collar crime atau tidak dapat dilihat berdasarkan tipologi pelakunya.

Tipologi pertama dilihat dari status social pelaku, apakah berasal dari status “terhormat” atau tidak. Status terhormat dalam hal ini merupakan suatu jabatan yang dimiliki pelaku dalam instansi, baik negera maupun swasta, yang ia miliki. Selanjutnya, tipologi yang dapat dilihat adalah tindak kejahatan yang dilakukan memerlukan keahlian di bidang komputerisasi atau tidak.

Jika, iya, maka kejahatan yang dilakukan dapat digolongkan sebagai WCC dalam lingkup cyber crime. Terakhir, tindak kejahatan yang dilakukan pelaku bertujuan untuk menguntungkan individu atau kelompok. Melalui ini, dapat dilihat pola seleksi dan penggolongan dari kasus white collar crime yang terjadi. Tipologi pelaku white collar crime dapat dilihat melalui gambar bagan berikut.

Baca: Sentimen Pasar Menjelang Pemilu AS, Apa Persiapan Investor?

White collar crime ini pada umumnya terjadi pada negara-negara yang belum memiliki hukum korporat yang matang. Sehingga para pelaku dapat dengan mudah melakukan aksinya tanpa ragu terkait hukuman yang mungkin mereka akan peroleh.

Negara dengan kematangan hukum koorporat yang rendah ini banyak terdapat di wilayah Asia, khususnya pada negara-negara berkembang. Meski demikian, tidak menutup kemungkinan juga bahwa pelaku white collar crime berasal dari negara-negara dengan ekonomi tinggi, seperti Jepang dan Cina misalnya.

Jepang yang seringkali digambarkan sebagai salah satu negara maju di Asia dengan tingkat kejahatan rendah justru memiliki jumlah kasus white collar crime yang tidak sedikit. Hal ini mengindikasikan bahwa kemungkinan besar, kejahatan umum (street crime) di Jepang ternilai sangat rendah akibat dikalahkan oleh kuantitas kejahatan kerah putih dan korporat yang lebih tinggi dan samar terlihat.

Sedangkan di China yang merupakan negara dengan ekonomi tertinggi di Asia, white collar crime lebih banyak dipengaruhi oleh faktor reformasi ekonomi yang berimplementasi pada ketidakstabilan kehidupan ekonomi-politik negara tersebut.

Baca: Rupiah Menguat, RI Dirasa Masih Perlu Perkuat Fundamental Ekonomi

Kasus WCC

Kasus white collar crime banyak tersebar di berbagai negara di Asia seiring dengan tekanan yang dihasilkan dari kondisi ekonomi saat krisis. Krisis menyebabkan banyak barang yang dipasarkan melebihi dari kapasitas pembeli. Sehingga perputaran uang tidak dapat berjalan lancar.

Di asia-pasific hal ini menyebabkan berkurangnya permintaan untuk berbagai area ekspor, khususnya tourism, manufaktur dan komoditas. Dengan ini, pendapatan pemerintah juga menurun drastis, terutama dari pekerja luar negeri.

Di era krisis ini, korupsi kemudian menjadi salah satu fenomena yang marak berkembang. Terhambatnya arus perputaran uang di masa krisis menyebabkan banyaknya tawaran hutang luar negeri.

Tawaran hutang luar negeri inilah yang banyak dimanfaatkan oleh pelaku white collar crime untuk menjalankan aksinya dengan berbagai bentuk modus kejahatan. Berbagai bentuk white collar crime yang umumnya terjadi di Asia antara lain seperti korupsi, penyuapan, penipuan, cuci uang, penggunaan asset publik untuk kepentingan pribadi, penjualan gelap, dan penghindaran pajak.

Baca: Investasi Sneakers, Ini 9 Sepatu Nike yang Paling Cuan Dijual Kembali Versi Hypebeast.com

Jenis – jenisnya

Di wilayah Asia sendiri white collar crime dapat didefinisikan ke dalam beberapa jenis. Berdasarkan beberapa sumber yang penulis peroleh dari jurnal dan portal berita international, pengklasifikasian white collar crime di Asia seringkali dibedakan berdasarkan ciri khas dari suatu regional tertentu.

Misalnya, pada Asia Barat dimana terdapat banyak negara-negara penghasil minyak bumi, kasus white collar crime yang terjadi banyak terafiliasi dengan perusahaan-perusaan offshore tertentu.

Misal seperti yang terjadi di Khazakhstan dan Kyrgystan, dimana white collar crime yang banyak terjadi seringkali disampul dalam bentuk fraud (penipuan) yang melibatkan kegiatan ekonomi pada perusahaan-perusahaan offshore. 

Kemudian, pada negara-negara di wilayah Asia Tenggara yang mayoritas merupakan negara berkembang yang sedang mengedepankan ekonomi pasar terbuka, white collar crime cenderung melibatkan pelaku bisnis dan usahawan. Serta tidak sedikit yang berhubungan dengan pemerintah.

Baca: Dolar AS Melemah, Apa Dampaknya Terhadap Perekonomian Asia?

Seperti yang terjadi di Indonesia misalnya, dimana banyak usahawan yang memiki investasi tinggi melakukan kecurangan berupa tax evasion (penghindaran pajak) yang melibatkan kerjasama dengan oknum-oknum pada institusi pajak.

Sedangkan pada negara-negara di kawasan Asia Timur yang tergolong cukup mapan ekonominya. Kasus white collar crime yang terjadi sedikit banyak melibatkan perusahaan-perusahaan pendukung ekonomi negara. Misalnya pada Jepang dan Korea Selatan, dimana pemimpin-pemimpin perusahaan ternama seringkali terlibat ke dalam kasus tersebut.

White-Collar Crime dan Kontrol Pemerintah

Terakhir, pengklasifikasian white-collar crime adalah dari peran atau kontrol pemerintah dalam suatu negara. Hal ini berhubungan dengan ranah white-collar crime itu sendiri yang selalu terjadi di dalam sektor ekonomi politik.

Dimana pada negara dengan kontrol pemerintah yang tinggi pada kegiatan ekonomi politik, termasuk produksi, maka white collar crime cenderung terjadi di institusi pemerintahan.

Bentuk ini banyak terjadi pada negara-negara berkembang di Asia Tenggara yang kegiatan ekonominya banyak dikelola oleh negara. Sedangkan pada negara yang cenderung melakukan penerapan free-trade dan liberalisasi ekonomi sektor swasta memiliki peran yang lebih besar dalam kegiatan ekonomi.

Sehingga, white collar crime yang banyak terjadi juga berasal dari sektor swasta dan jangkauannya dapat dikatakan sebagai transnasional, terebih jika teknologi di negara tersebut telah maju dan berkembang.

Baca: Panik Wabah Corona, Rupiah Melemah 0,3% & 40 Saham LQ45 Masuk Zona Merah

Melalui berbagai pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa white-collar crime adalah sebuah fenomena kejahatan yang cukup luas, baik terkait definisi maupun pengklasifikasian tindakannya.

Dalam memahami white-collar crime adalah focus pemahan terhadap tipologi pelakunya terlebih dahulu. Dengan ini suatu tindak kejahatan dapat digolongkan ke dalam bentuk white collar crime atau bukan.

White-Collar Crime di Asia

Di Asia sendiri, white collar crime sudah marak terjadi sejak terjadinya krisis ekonomi . Jelas berpengaruh terhadap penurunan pendapatan negara dan peningkatan hutang yang menjadi lading terjadinya tindak kejahatan ini.

White collar crime di Asia juga dapat diidentifikasikan berdasarkan ciri khas dari masing-masing region. Seperti Asia Barat dengan white collar crime yang kerap terafiliasi dengan perusahaan offshore dan Asia Tenggara yang kerap melibatkan peran usahawan.

Terakhir, white collar crime di Asia juga dapat dilihat berdasarkan peran atau kontrol pemerintah di dalam kegiatan ekonomi dan politik. Dimana pada negara yang kontrolnya tinggi pada kegiatan ekonomi politik, white collar crime banyak terjadi di dalam instansi negara.

Sedangkan pada negara yang kegiatan ekonomi politiknya lebih banyak menggunakan peran swasta, white collar crime justru seringkali terjadi pada perusahaan-perusahaan swasta.

Nikmati Keuntungan dengan Investasi Aman di Pluang!

Download aplikasi Pluang di Google Play Store atau App Store untuk membeli emas digital dan S&P 500 index futures dengan harga paling kompetitif di pasaran! Selisih harga jual-beli terendah dan tanpa biaya tersembunyi apapun.

Untuk produk investasi emas, kamu bisa menarik emas fisik. Dalam bentuk logam mulia Antam dengan kadar 999,9 mulai dari 1 gram hingga 100 gram. Sementara dengan Pluang S&P 500, kamu bisa berinvestasi dalam kontrak berjangka saham perusahaan besar di AS seperti Apple, Facebook, Netflix, Nike, dan lainnya.

Investasi kamu aman karena disimpan dan dijamin oleh Kliring Berjangka Indonesia (BUMN). Produk investasi di Pluang dikelola oleh PT PG Berjangka. Sudah berlisensi dan diawasi oleh Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (BAPPEBTI). Segera download Pluang dan nikmati keuntungannya!

Sumber: Investopedia

Baca juga:

Ditulis oleh
channel logo

Linda Noviana

Right baner

Bagikan artikel ini

Apakah artikel ini berguna untukmu?

like
like
Artikel Terkait
Right baner
no_content

Trading dan Investasi dengan Super App Investasi  #1

Daftar